#
#
By WARC
August 5, 2023
EVALUASI PENERJEMAHAN TERMINOLOGI COVID-19
Peran penerjemahan sering kali dipandang sebelah mata dan bahkan tidak disadari pentingnya dalam penanggulangan krisis seperti pandemi, bencana, dll (O’Brien & Federichi, 2020). Namun tampaknya pemerintah Indonesia memandang penerjemahan sebagai bagian yang penting dalam penanganan krisis di masa pandemi, dalam menerjemahkan berbagai terminologi yang ditemukan di dalam masa pandemi COVID-19 dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.
Lebih dari 40 terjemahan kosakata seputar COVID-19 digaungkan oleh pemerintah, merupakan hasil terjemahannya menggunakan metode, strategi, dan prosedur penerjemahan yang sudah berlandaskan teori-teori penerjemahan. Beberapa istilah yang dimaksud adalah seperti:
- “new normal” menjadi kenormalan baru;
- “social distancing” menjadi penjarakan sosial;
- “physical distancing” menjadi penjarakan fisik;
- “protocol” menjadi protokol;
- “tracing” menjadi penelurusan.
Meskipun demikian, ada beberapa istilah yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang tidak dipahami oleh masyrakat dari beberapa kalangan. Ini karena beberapa istilah-istilah tersebut dinilai tidak populer dibandingkan istilah sumbernya dalam Bahasa Inggris, seperti uji usap (swab test) dan uji cepat (rapid test).
Terjemahan terminologi COVID-19 kemudian dirasa kurang efektif jika ditujukkan untuk kalangan marjinal yang kurang dalam segi perekonomian serta akses kepada informasi mengenai pandemi COVID-19 karena tidak ada upaya untuk menelaah konteks penggunaannya.
Namun, efektifitas dari terminologi-terminologi tersebut dapat dipengaruhi jika pemerintah mampu mempersiapkan komunikasi risiko yang mencakup preferensi komunikasi dan di dalamnya termasuk jenis komunikasi yang diterima jalur informasi, frekuensi informasi, jalur penyampaian saran, serta bahasa yang digunakan dalam melakukan komunikasi kepada semua kalangan masyarakat.